STIKes Pemkab Purworejo menggelar pelatihan BTCLS (Basic Trauma Cardiac Life Support). Bekerjasama dengan MST (Medical Service Training) 119 Jakarta, pelatihan angkatan ke 20 ini diikuti 125 peserta terdiri dari mahasiswa D3 Keperawatan semester 6 dan alumni.
Secara simbolis, pelatihan BTCLS dibuka oleh Ketua STIKes Pemkab Purworejo Wahidin, S.Kep, Ns, M.Kes., Selasa (30/04/2024).
Dalam arahannya, Wahidin berpesan, karena kegiatan ini masuk dalam kurikulum STIKes, harapannya bisa dilakukan secara serius sesuai kurikulum yang ada di Kemenkes.
Kegiatan pelatihan BTCLS ini dibagi menjadi dua gelombang, dimana untuk gelombang pertama diikuti 50 peserta dan gelombang kedua 75 peserta.
Untuk masing-masing gelombang, pelatihan berlangsung selama 6 hari, 3 hari pemberian materi secara online dan 3 hari selanjutnya praktek secara off line. Gelombang pertama dimulai Selasa (30/04/2024) hingga Minggu (05/05/2024) dilanjutkan dengan pelatihan gombang kedua.
Mugihartadi, S.Kep., Ns.,M.Kep., selaku Seksi Publikasi menjelaskan, narasumber dalam pelatihan BTCLS dari MST 119 dari Jakarta yang sudah terakreditasi oleh Kemenkes, baik itu nakes yang sudah menjadi instruktur ataupun dokter spesialisnya.
“Jumlah instruktur kurang lebih ada 15 orang,” jelas Mugi, Jum’at (03/05/2024).
Materi yang diberikan dalam teori, kata Mugi, meliputi penanganan kegawatan mulai dari triase, inisial asesmen, manejemen ARW, GHD atau CPR, penanganan kegawatan jantung serta pendalaman materi EKG.
Usai pemberian materi teori secara online, menurut Mugi, dilanjutkan dengan kegiatan praktek atau simulasi yang dilakukan secara berkelompok yang dibagi menjadi lima stase atau ketrampilan. Lima stase ini meliputi CPR dewasa, CPR bayi, inisial asesmen, manejemen airway, Triase, BHD.
Mugi menyebut, tujuan dari kegiatan pelatihan BTCLS ini, membekali ketrampilan penanganan kegawatan atau penatalaksanaan kegawatan pada klien.
“Para peserta merupakan calon tenaga kesehatan, maka mereka dibekali dengan ketrampilan untuk menangani kasus-kasus kegawatan yang mungkin akan ditemui di tempat kerja,” ujar Mugi.
Peserta pelatihan didominasi mahasiswa semester VI yang mau lulus, sehingga, kata Mugi, selain ijasah dan SKPI, mereka dibekali ketrampilan ini sebagai pendukung untuk bekerja.
“Harapannya dengan mengikuti pelatihan ini outputnya mereka bisa menangani penatalaksanaan kasus-kasus kegawatan pada pasien,” pungkas Mugi.
https://www.instagram.com/reel/C6nrX9qP4Td/?igsh=MXY5ZzllMXVpaHB2Mg==