Kelompok Disabilitas di Desa Bragolan, Kecamatan Purwodadi mendapatkan pelatihan memasarkan produk milik mereka yakni Batik Jumputan secara digital. Selain itu, mereka juga mendapatkan berbagai pelatihan soal varian batik dan pengelolaan usaha batik dari para ahli.
Pelatihan terselenggara melalui program pengabdian masyarakat oleh Akper Pemkab Purworejo yang kini sudah berubah nama menjadi Stikes Pemkab Purworejo. Akper Pemkab Purworejo mendapatkan hibah PMP (Pengabdian Masyarakat Pemula) dari Kemendikbudristek RI.
Program pengabdian ini diketuai oleh Dosen Stikes, Nova Ari Pangesti, dengan beranggotakan 1 dosen lainnya, Ahmad Muzaki dan 2 orang mahasiwa. Program ini juga berkolaborasi dengan dosen sekaligus ketua STIE Rajawali Purworejo, Hesti Respatiningsih.
Nova Ari mengatakan, sasaran kegiatan ini adalah 10 kaum difabel atau Kelompok Disabilitas Desa (KDD) dan 5 orang pendamping di bawah naungan Kelompok Usaha Inklusi (KUI) yang dilaksanakan di Desa Bragolan.
“Pelaksanaan Program Pengabdian ini dilakukan melalui 3 tahapan atau pertemuan dengan 4 sesi yang sudah dilaksanakan selama 6 (enam) bulan. Tahap pertama dilaksanakan pada tanggal 08 Agustus 2023 yaitu tim pengabdi memberikan edukasi kesehatan terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan Kesehatan Keselamatan Kerja (K3S),” terangnya, melalui sambungan telepon, Kamis (5/10).
Tujuan edukasi ini, lanjutnya, agar kesehatan kelompok difabel bisa lebih terpantau. “Dimana dengan kesehatan yang baik maka diharapkan KDD akan lebih produktif dalam menghasilkan produk batik jumputan,” katanya.
Pengabdi selain memberi pelatihan terkait usaha batik juga memberikan pelayanan pemeriksaan fisik dengan menimbang berat badan, cek tensi darah, cek gula darah, kolesterol dan asam urat agar para disabilitas terpantau kesehatannya.
Hesti Respatiningsih mengatakan, pada tahap kedua kelompok disabilitas diberikan pelatihan terkait varian Batik Jumputan. Sebelumnya, tim pengabdi juga sudah membantu kelompok disabilitas dengan memberikan bahan baku kain putih, dan teknologi tepat guna seperti 1 unit mesin obras dan I unit mesin jahit portable beserta perlengkapan penunjang lainnya.
“Seperti benang, pernak pernik, ember, gunting, pewarna dan lainnya yang didanai Kemenristekdikbud, Dirjen Vokasi dan diserahkan pada saat pelatihan tahap dua,” terangnya.
Pelatihan tahap kedua ini, lanjut Hesti, disampaikan oleh narasumber Dyah Wahyu Ristyani yang merupakan ahli batik dari UMKM Batik Dewa Lowano. Pelatihan kedua ini dilaksanakan pada tanggal 8 September 2023.
“Pelatihan bertujuan agar produk batik jumputan yang selama ini masih terbatas baik dari segi kuantitas dan kualitas dapat berkembang dan meningkatkan omset penjualan serta memiliki keunggulan bersaing dengan industri sejenis,” katanya.
Ahmad Muzaki menambahkan, pelatihan pada tahap ketiga pada tanggal 19 September 2023 dikhususkan untuk pemasaran digital. Pelatihan diisi oleh narasumber Haris Aprianto Setiawan, dari Forum UMKM Kabupaten Purworejo. Dari hasil diskusi saat pelatihan, branding telah disepakati untuk mengangkat batik karya kelompok difabel Desa Bragolan dengan ciri khas Batik yang menggunakan pewarna alami.
“Untuk nama (produk) selama ini masih menggunakan branding Karya Sejati,” ucapnya.
Selain itu, lanjutnya, pada pelatihan tahap 3 para kelompok difabel juga mendapat materi terkait Pelatihan Konten Digital/ Digital Marketing yang disampaikan oleh Bagas Setyanto.
“Dimana pada sesi ini para pendamping dan disabilitas diajarkan cara membuat konten digital, dari pengambilan gambar, editing video, sampai upload di media sosial dan juga membuat akun di Instagram/Facebook Ads Melalui Fitur Boost Post serta beberapa platform marketplace seperri shopee,” terang Muzaki.
Program ini, tambah Muzaki, diharapkan dapat mengembangkan usaha batik jumputan, serta membangun kemandirian serta jati diri para penyandang disabilitas utamanya di Desa Bragolan. “Membangun kemauan dan potensi sumberdaya, berupa kemampuan dan kekuatan untuk hidup melalui proses pembinaan dan bantuan teknis maupun bimbingan,” pungkasnya.